Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru. Seiring waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga membentuk satu kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah. Akibatnya, luas area permukaan paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini juga membuat paru-paru membesar secara perlahan akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan sulit dikeluarkan.

Emfisema merupakan salah satu dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari 100 orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan emfisema ditujukan untuk menghambat perkembangan penyakit tersebut, namun kerusakan pada paru-paru tidak dapat dipulihkan kembali.

Gejala

Penyakit emfisema bisa tidak menimbulkan gejala. Bila timbul gejala, keluhan yang dirasakan dapat muncul secara bertahap, antara lain:

  • Napas menjadi pendek
  • Batuk.
  • Cepat lelah
  • Penurunan berat badan
  • Jantung berdebar
  • Bibir dan kuku menjadi biru
  • Depresi

Perkembangan emfisema dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, gejala yang signifikan biasanya baru dirasakan pada usia sekitar 40-60 tahun.

Penyebab

Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan zat di udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu panjang. Zat yang mengakibatkan iritasi tersebut dapat berupa:

  • Asap rokok. Emfisema banyak dialami perokok, baik aktif maupun pasif, yang terpapar asap rokok dalam waktu lama.
  • Polusi udara.
  • Asap atau debu bahan kimia.

Selain paparan zat yang mengakibatkan iritasi, emfisema juga dapat terjadi karena kelainan genetik. Contohnya adalah defisiensi alpha-1-antitrypsin, di mana terjadi

kekurangan suatu protein yang berfungsi melindungi struktur elastis pada paru-paru dalam tubuh. Namun demikian, kondisi ini jarang terjadi. 

Diagnosis

Pemeriksaan akan dimulai dengan menanyakan riwayat dan kebiasaan pasien, terutama kebiasaan merokok dan kondisi lingkungan rumah atau pekerjan pasien. Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan fisik, khususnya kondisi paru-paru pasien. Guna memastikan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang mencakup:

  • Tes pencitraan. Contohnya adalah foto Rontgen dada untuk mengidentifikasi adanya perubahan pada paru-paru yang menandakan emfisema. Foto Rontgen biasanya akan dipadukan dengan CT scan guna menghasilkan gambar yang lebih detail untuk memastikan emfisema.
  • Tes darahTes ini berfungsi untuk melihat memeriksa jumlah oksigen dan karbondioksida dalam aliran darah atau dinamakan analisia gas darah.
  • Tes fungsi paru. Dalam tes fungsi paru atau yang disebut juga spirometri, pasien akan diminta mengembuskan udara ke alat khusus untuk mengukur jumlah udara yang keluar.
  • Elektrokardiografi, untuk melihat fungsi jantung dalam rangka meneliti penyebab dari gejala yang ditimbulkan. 

Pengobatan

Sebelum menjalani pengobatan, akan disarankan semua penderita emfisema yang merokok untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

Penyakit emfisema tidak dapat disembuhkan. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejala yang dirasakan penderita, serta memperlambat perkembangan penyakit. Pilihan penanganan emfisema dapat berupa:

  • Obat-obatan. Ahli paru dapat memberikan obat pelega napas, seperti terbutaline, untuk meredakan gejala. Di samping itu, obat kortikosteroid dalam bentuk obat hirup juga bisa digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan gejala. Untuk penderita emfisema yang mengalami infeksi bakteri, akan disertakan antibiotik.
  • Terapi pendukung. Contohnya adalah fisioterapi dada atau yang juga dinamakan program rehabilitasi paru, pemberian oksigen tambahan, dan konsultasi gizi.
  • Operasi. Prosedur ini dilakukan untuk penderita emfisema berat, antara lain berupa operasi pengangkatan paru yang rusak, agar jaringan paru yang tersisa dapat mengembang dan bekerja lebih efektif. Sedangkan jika kerusakan paru sudah sangat berat, bisa dilakukan transplantasi paru.

Di samping ketiga bentuk penanganan tersebut, pasien juga harus melakukan upaya untuk menghambat pekembangan emfisema dan mencegah komplikasi. Misalnya dengan menghentikan kebiasaan merokok, menghindari asap atau polusi udara, berolahraga secara teratur, serta melakukan vaksinasi yang dianjurkan  untuk mencegah infeksi paru.

Komplikasi

Penderita emfisema berisiko mengalami beberapa komplikasi. Di antaranya adalah pneumothorax, hipertensi pulmonal, bahkan gagal jantung.

Silakan hubungi kami jika ada kesalahan pada teks atau link pada konten website kami, secepat mungkin kami akan memperbaikinya. Karena kritik dan saran anda sangat membantu untuk perkembangan website kami menjadi lebih baik lagi. Anda juga bisa mengirim permintaan bidang/kategori yang belum tersedia dan mengisi form pada menu Hubungi kami feedback tersebut akan kami tampung dahulu, permintaan terbanyak akan kami segera kami tindaklanjuti. Terima kasih sudah berkunjung di website kami analisis.id.